Jean-Pierre Knapen
Istilah
insomnia sering kita dengar, bahkan dalam percakapan sehari-hari.
Namun apakah sudah benar-benar dipahami. Lalu apa sebenarnya insomnia
itu?
"Insomnia adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur
dan merupakan gangguan tidur yang paling banyak dialami manusia," ujar
dr. Andri, Sp. KJ, psikiater di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam
Sutera, Tangerang. Ia menambahkan, penelitian terbaru menunjukkan
30-45% orang dewasa di seluruh dunia mengalami insomnia. Sementara
sumber lain memperkirakan ada 28 juta penderita insomnia di Indonesia.
Ada dua jenis insomnia yang biasa ditemui yaitu transient insomnia (insomnia sesaat) dan persistent insomnia
(insomnia menetap). Insomnia sesaat biasanya disebabkan karena rasa
kehilangan, rasa berduka, perubahan kehidupan dan stres fisik maupun
mental. Menurut Andri, kondisi seperti ini biasanya tidak berbahaya.
Sedangkan ciri insomnia menetap biasanya ditandai dengan
kesulitan memulai tidur yang umumnya disebabkan kecemasan atau
ketegangan somatik/fisik. Pikiran yang terus berkecamuk menjelang tidur
menjadi pemicu timbulnya kondisi ini. "Insomnia jenis ini biasanya
terjadi jika terdapat masalah di kantor atau di rumah yang menimbulkan
stres," kata Andri. Meski demikian, sebagian penderita insomnia ini
bisa sembuh dengan jalan menikmati liburan.
Gejala gangguan tidur ini mudah dikenali. Apabila seseorang
sulit untuk mulai tidur atau sulit untuk mempertahankan tidur, bisa
jadi ia menderita insomnia. Kesulitan memulai tidur dapat disebabkan
kondisi medis (rasa nyeri atau tidak nyaman yang ditimbulkan oleh
sakit, adanya luka di sistem saraf pusat otak seperti pada pasien
stroke) atau karena gangguan kejiwaan atau lingkungan (gangguan
kecemasan, perubahan lingkungan, tekanan ketika akan menghadapi suatu
peristiwa penting seperti akan menghadapi ujian).
Penderita insomnia yang sulit mempertahankan tidurnya juga
bisa disebabkan oleh kondisi medis seperti sindrom henti napas saat
tidur (sleep apnea), ada penyakit infeksi, rasa nyeri dan tidak
nyaman karena penyakit, serta konsumsi alkohol yang berlebihan.
Sementara depresi, skizofrenia, gangguan stres pasca trauma, gangguan
siklus sirkadian, dan perubahan lingkungan merupakan kondisi kejiwaan
dan lingkungan yang menyebabkan penderita insomnia sulit mempertahankan
tidurnya.
Agar terhindar dari insomnia, ada langkah sederhana yang
bisa dilakukan. "Biasakan diri untuk tidur pada jam yang sama setiap
malam," saran Andri. Ini penting untuk menjaga jam biologis tubuh tetap
teratur. Sebab jam biologis tubuh selalu beradaptasi terhadap
kebiasaan tidur seseorang. Sehingga jika seseorang yang biasa tidur jam
9 malam mengubah waktu tidurnya ke jam 12 malam, maka jam biologisnya
akan ikut menyesuaikan dan ia tidak akan mengantuk pada jam 9 malam
seperti sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar